Richa's Fans

Minggu, 24 Juni 2012

”Surat cinta tak terbalas”

Aku sekolah di SMP N 27 Bekasi. Saat aku duduk dibangku SMP, aku begitu mengagumi seorang teman sekelas ku, entah karena apa, aku sendiri pun tak tahu. Pria itu bernama Muhammad Usman, tetapi orang-orang memanggilnya dengan sebutan Usman.

Memang dari segi fisik, dia cukup tampan dan memiliki aura yang begitu menarik, sehingga jantung ku terasa berdebar-debar, dan sekucur tubuhku berkeringat dingin kala melihatnya.
Ia juga cukup pintar dalam pelajaran bahasa inggris, ya.. persis seperti yang ku harapkan, karena aku suka pria yang pintar berbahasa inggris, ya.. minimal mampu dan mengerti bahasa inggris walau hanya sedikit, karena aku berharap jika aku tidak jago berbahasa inggris, dia mampu mengajariku bahasa inggris. Dalam catatanku ini, aku ingin menceritakan peristiwa nyata yang pernah ku alami saat aku masih SMP.
Benih-benih cinta itu mulai tumbuh, ketika aku kelas 1 SMP. Tepatnya saat aku masih usia 12 tahun. Usia 12 tahun, adalah usia yang masih sangat belia untuk merasakan jatuh cinta, tapi mungkin ini bukan cinta sungguhan ataupun cinta sejati, tapi ini hanya cinta monyet yang biasa dialami oleh para ABG (anak baru gede) seumuran ku.
Saat itu, dikelas sedang ada pelajaran bahasa sunda, dalam pelajaran itu semua murid harus maju satu persatu kedepan kelas untuk menyanyikan lagu sunda seperti yang tertulis dibuku cetak.
Lagu yang harus dinyanyikan adalah lagu ”Bandung”.
(seperti ini lagunya...)           
Bandung... Bandung...
Bandung nelah, kota kembang...
Bandung... Bandung...
Sasangkala sangkuriang...
Di lingkung gunung, heurin ku tangtung...
Puser kota nu mulya parahiyangan...
Bandung... Bandung...
Para muru dijarugjugan..

Saat itu, yang mendapat nilai tertinggi (9.5) hanya aku dan Usman. Tentu saja... karena aku keturunan sunda, jadi aku dapat menyanyikan lagu itu dengan baik, layaknya seorang sinden yang yang sedang menyinden.
Kekaguman ku terhadap Usman, mungkin berawal dari situ, hingga aku mulai kagum dengan dia, dan selalu mengamati sikapnya dikelas.

Dia anak yang baik, dan ia tak punya masalah disekolah, hingga suatu hari di kelas ku ada razia pakaian (untuk siswi yang memakai pakaian ketat atau rok yang diatas lutut, dan siswa yang memakai celana dengan kantong yang besar, karena itu terlihat terlalu bergaya).
Hampir dari semua teman pria di kelas ku terkena razia itu, dan ternyata Usman pun terkena razia itu, hingga pak Supri (guru fisika yang merazia) itu pun menyobek kantong celana Usman, (dengan tampang marah) seraya berkata ”Apa-apan, kantong celana sekolah dibuat besar seperti ini?! Buat mengantongi kacang, di acara hajatan,yah?!).
Aku sungguh kasihan melihat dia saat itu. Hingga semakin lama, aku pun makin simpatik dengannya.

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, kini kami semua sudah naik kelas 2 SMP, saat pembagian kelas aku merasa agak kecewa, karena aku tidak sekelas dengan pria pujaanku itu. Aku kelas 2.5, sedangkan dia kelas 2.4.
Memang hanya terpisah satu ruang saja, tapi tetap saja aku merasa sangat rindu jika tak bertemu dengan-nya.

Suatu ketika, aku masuk ke kelas 2.4 dengan alasan ingin bertemu dengan sahabat baik ku (Nengsih), padahal sebenarnya aku berniat untuk mencuri pandang dengan Usman.
Aku selalu curhat (curahan hati) dengan sahabat-sahabat terbaikku (Asini, Evi dan Nengsih). Mereka teman sekaligus pendengar yang baik yang selalu menjadi tempat curhat cinta ku dengan Usman.

Hari itu Nengsih mengusulkan agar aku membuat surat cinta untuk Usman, aku pun menyanggupinya. Kubeli kertas surat yang indah, dengan ampolp ungu bermotif love berwarna merah yang terlihat sangat manis dengan guntingan kertas ber-renda pink (merah jambu) disekelilingnya.
Kutulis kata-kata cinta yang selama ini terpendam dalam hati ku, dengan tulisan yang sengaja ku buat sangat rapih, dan tak lupa ku semprotkan parfum dengan aroma bunga mawar, untuk menambah kesan romantis.
Tak lupa aku memberikan 2 lembar poster LINKIN PARK, Karena aku mendapat info kalau dia sangat mengidolakan band tersebut.
Lalu aku titipkan surat cinta berikut poster untuk Usman, kepada Nengsih, karena Nengsih berjanji akan membantuku untuk menyampaikan surat itu.

Singkat cerita, Nengsih pun sudah memberikan surat itu, dan Usman pun menerimanya dengan senang hati apalagi posternya. Aku pun amat menanti surat balasannya esok hari.

Hari itu sepulang sekolah, aku mendatangi rumah Asini dengan naik sepeda, untuk mengajak berkeliling ke daerah Cinyosog, karena aku ingn tahu rumah temanku yang bernama Nursih.
Tapi naasnya kami berdua, tak menemukan rumah Nursih. Di lapangan Cinyosog, aku dan Asini bertemu dengan teman sekelas kami waktu kelas 1.3, dan dia juga teman baik Usman.
Jajang, namanya..
Jajang pun menyapa kami berdua, dan bertanya ”mau kemana nih?! ”
Lalu kami jawab ”mau kerumah Nursih, tapi gak ketemu”
Lalu Jajang berkata ”Ooh.. Rumah Nursih mah di Cinyosog sebelah barat”
Lalu aku bilang ”Oh, begitu yah! Makasih yah atas informasinya”
Jajang bilang ”Ya.. sama-sama!”.
Lalu kami pun berpamitan untuk pulang...

Keesokan harinya aku amat deg-deg-an menanti balasan surat cinta dari Usman.
Setelah bertemu dengan Nengsih, Nengsih bilang ”Ka.. Usman marah sama lo..!”
Aku pun kaget mandengarnya.
Aku : Hah..??? Kok bisa, sih Neng?! Kenapa???!
Nengsih : Usman bilang gini ka.. ”Eh, kemarin dia main yah?!”
Terus gue bilang ”dia?? Dia siapa??!”
Terus kata dia “ Itu, tuh.. Si Rika sama temannya!”
Nah gue bilang aja ”Lah.. Rika kemarin ke Cinyosog, nyari rumah Nursih, bukan ke rumah lo!”
Ya.. pokoknya dia marah-marah gitu deh, dan gak mau balas surat lo!
Aku sedih mendengarnya.
Dalam pikiran ku pun sempat bertanya-tanya, darimana Usman bisa tahu kemarin aku ke Cinyosog?! Siapa yang memberitahu dia?!
Aku baru ingat kemarin di lapangan aku bertemu dengan Jajang, pasti dia yang melapor ke Usman.

Esoknya aku bertemu Usman di kantin, wajahnya tak lagi tersenyum saat melihat aku, dia terlihat begitu tak perduli denganku.
Aku pun jadi merasa malu, sampai-sampai aku malas untuk ke kantin, agar tak melihat wajah asamnya lagi.

Suatu hari sehabis pelajaran olah raga, aku merasa haus, dan akhirnya aku pergi ke kantin dengan teman-teman ku, karena aku pikir belum waktunya kelas lain untuk istirahat, jadi aku tak perlu khawatir bertemu Usman di kantin, tetapi betapa kagetnya aku, ternyata kelas Usman sedang tidak ada guru, jadi dia dengan teman-temannya bersantai dikantin sambil bergitar menyanyikan lagu band Radja (Tulus) ”tuluskah hatimu mencintai aku.. bila aku pernah menyakiti hatimu, maafkan aku.. lupakanlah aku, namun jangan tinggalkan cintaku..!”.
Aku merasa jantungku makin berdebar kencang, dan aku pun bergegas untuk kembali ke kelas ku.

Lambat laun, aku mulai melupakan Usman, dengan mengakrabkan diri dengan teman Usman (Hasan), tapi tetap saja aku ingat Usman dan tanya-tanya tentang Usman kepada Hasan.
Suatu hari Hasan ingin meminjam tipe-x, tapi aku menggodanya dengan bilang ”Kasih tahu dulu, diman rumah Usman?!”
Lalu Hasan menjawab ”Itu lho.. yang ada gentingnya, yang ada pintunya, dan ada temboknya!”
Aku pun bilang ” Ah, yang benar dong! Kalau gak, gak aku kasih pinjam, nih..!”
Dia pun tak jadi meminjam tipe-x denganku, dia lebih memilih pinjam tipe-x dengan teman ku.

Rupanya aku baru tahu, kalau sebenarnya dia suka dengan ku, karena aku mengungkit-ungkit Usman, Hasan pun cemburu, dan mulai tak pernah bicara dengan ku, bahkan ia menjauh dariku.

Surat cinta ku tak terbalas... Begitupun cintaku hingga aku naik kelas 3 SMP, bahkan hingga sekarang.
Tapi bagiku semua itu hanyalah kenangan manis yang hanya cukup untuk dikenang.
Dan aku sudah tak mencintainya lagi, karena meskipun aku tak bisa menjadi cinta monyetnya, tapi kini ku telah merasakan cinta yang sebenarnya.
Bahkan sempat beberapa kali berganti pasangan.

1 tahun lalu, aku sempat bertemu dengan dia, saat aku diantar ke sekolah dengan ayahku.
Disitu aku melihat wajahnya dengan mulut terbuka, seakan ingin menyapa aku, tetapi tak berani.
Kini aku tak tahu wajah dia sekarang. Yah.. meskipun teman-temanku bilang kini Usman sudah makin tampan.
Hmm... Semua itu sudah tak penting lagi buat ku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar