Tahu Gejrot, Si Mungil yang Bikin Ketagihan
Hari itu Rabu, 28 April 2010, sepulang kuliah saya merasa lapar, dan
sangat ingin berkuliner menikmati makanan-makanan ditempat yang belum pernah
saya singgahi, tapi saya bingung mau berkuliner apa, karena uang dikantong juga
tidak mendukung untuk membeli makanan-makanan yang harganya mahal, karena
dikantong celana saya hanya ada uang Rp 5000 sedangkan jika saya membeli
makanan- makanan seperti sea food 99, bakso ojolali, dan pecel ayam, uang saya
tak cukup untuk membeli makanan-makanan itu.
Akhirnya saya tetap melanjutkan perjalanan saya dengan naik sepeda motor
yang selalu mengantar saya kemanapun saya mau, ditengah perjalanan, tepatnya
didaerah Mutiara gading, saya melihat tukang tahu gejrot, berhubung saat itu
saya lapar, dan saya juga merindukan tahu gejrot yang sudah lama sekali tidak
saya konsumsi, karena dirumah saya tidak ada tukang tahu gejrot yang
berkeliling, mungkin karena daerah rumah saya masih sepi penduduknya.
Tahu gejrot adalah makanan khas Cirebon, Indonesia. Tahu gejrot terdiri
dari tahu yang sudah digoreng kemudian dipotong agak kecil lalu dimakan dengan
kuah yang bumbunya cabai, bawang merah, gula pasir. Yang saya ingat, terakhir
saya makan tahu gejrot adalah ketika saya berumur 6 tahun, saat itu saya masih
tinggal di Jakarta Timur, tepatnya di Cipinang Muara.
Di Bekasi, pedagang Tahu Gejrot memang tidak sulit untuk ditemukan. Biasanya mereka berjualan dengan sepeda, gerobak atau pikulan, disekitar perumahan atau tempat ramai.
Di Bekasi, pedagang Tahu Gejrot memang tidak sulit untuk ditemukan. Biasanya mereka berjualan dengan sepeda, gerobak atau pikulan, disekitar perumahan atau tempat ramai.
Langsung saja saya menuruni sepeda motor yang tengah saya naiki, dan
bergegas mendekati tukang tahu gejrot itu, lalu mulailah proses jual-beli tahu
gejrot.
Saya : ”Pak, saya pesan tahu
gejrotnya yah !”
tukang tahu gejrot : ”Iya, Neng... Mau pesan berapa porsi?”
Saya : ”Satu porsi saja, deh..! Berapa harga satu porsinya, Pak?”
tukang tahu gejrot : ”Rp 3000 Neng..!”
Lalu Si tukang tahu gejrot itu pun mulai membuat tahu gejrot pasanan saya tersebut.
Selagi saya menunggu, saya sedikit bertanya kepada si tukang tahu gejrot itu.
Saya : ”Maaf, Pak.. boleh saya bertanya sedikit tentang anda, dan sejarah anda menjual tahu gejrot ini?”
tukang tahu gejrot : ”Nama saya Maman. Saya awalnya jualan gorengan. Tapi karena harga minyak goreng naik dan bahan baku sulit, saya beralih jualan tahu gejrot, sebenarnya memang lebih ringan memikul ke mana-mana. Tapi kalau soal pendapatan ya masih lebih besar berjualan yang lain.”
tukang tahu gejrot : ”Iya, Neng... Mau pesan berapa porsi?”
Saya : ”Satu porsi saja, deh..! Berapa harga satu porsinya, Pak?”
tukang tahu gejrot : ”Rp 3000 Neng..!”
Lalu Si tukang tahu gejrot itu pun mulai membuat tahu gejrot pasanan saya tersebut.
Selagi saya menunggu, saya sedikit bertanya kepada si tukang tahu gejrot itu.
Saya : ”Maaf, Pak.. boleh saya bertanya sedikit tentang anda, dan sejarah anda menjual tahu gejrot ini?”
tukang tahu gejrot : ”Nama saya Maman. Saya awalnya jualan gorengan. Tapi karena harga minyak goreng naik dan bahan baku sulit, saya beralih jualan tahu gejrot, sebenarnya memang lebih ringan memikul ke mana-mana. Tapi kalau soal pendapatan ya masih lebih besar berjualan yang lain.”
Maman mengaku, setiap hari dia membutuhkan modal Rp 60.000 untuk
berjualanTahu Gejrot. Maman membeli 300
tahu seharga Rp 40.000. Rp 20.000 sisanya untuk membeli bahan bumbu seperti
bawang putih dan bawang merah, cabe rawit, gula merah serta garam. Kalau sedang
ramai, Maman bisa untung Rp 30.000-an. Namun terkadang jualan Maman tidak habis
juga.
saya duduk bersandar di sepeda motor saya, tak lama menunggu akhirnya tahu gejrot yang saya pesan telah jadi, dan dibungkus dengan kantong plastik es, lalu di bungkus lagi dengan kantong plastik hitam untuk kantong luarnya, agar mudah saya gantungkan di stang motor saya.
Lalu saya memberikan uang Rp 3000 tersebut kepada si tukang tahu gejrot itu.
saya duduk bersandar di sepeda motor saya, tak lama menunggu akhirnya tahu gejrot yang saya pesan telah jadi, dan dibungkus dengan kantong plastik es, lalu di bungkus lagi dengan kantong plastik hitam untuk kantong luarnya, agar mudah saya gantungkan di stang motor saya.
Lalu saya memberikan uang Rp 3000 tersebut kepada si tukang tahu gejrot itu.
Saya : ”Terima
kasih, pak atas tahu gejrotnya, dan terima kasih untuk kesediaan bapak untuk
menceritakan kisah anda..!”.
tukang tahu
gejrot : ”Iya, Neng.. Sama-sama..!”
Lalu saya pun kembali melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah saya.
Lalu saya pun kembali melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar