Richa's Fans

Minggu, 24 Juni 2012

Latihan Jurnalistik

 Tahu Gejrot, Si Mungil yang Bikin Ketagihan


Hari itu Rabu, 28 April 2010, sepulang kuliah saya merasa lapar, dan sangat ingin berkuliner menikmati makanan-makanan ditempat yang belum pernah saya singgahi, tapi saya bingung mau berkuliner apa, karena uang dikantong juga tidak mendukung untuk membeli makanan-makanan yang harganya mahal, karena dikantong celana saya hanya ada uang Rp 5000 sedangkan jika saya membeli makanan- makanan seperti sea food 99, bakso ojolali, dan pecel ayam, uang saya tak cukup untuk membeli makanan-makanan itu.

Akhirnya saya tetap melanjutkan perjalanan saya dengan naik sepeda motor yang selalu mengantar saya kemanapun saya mau, ditengah perjalanan, tepatnya didaerah Mutiara gading, saya melihat tukang tahu gejrot, berhubung saat itu saya lapar, dan saya juga merindukan tahu gejrot yang sudah lama sekali tidak saya konsumsi, karena dirumah saya tidak ada tukang tahu gejrot yang berkeliling, mungkin karena daerah rumah saya masih sepi penduduknya.
Tahu gejrot adalah makanan khas Cirebon, Indonesia. Tahu gejrot terdiri dari tahu yang sudah digoreng kemudian dipotong agak kecil lalu dimakan dengan kuah yang bumbunya cabai, bawang merah, gula pasir. Yang saya ingat, terakhir saya makan tahu gejrot adalah ketika saya berumur 6 tahun, saat itu saya masih tinggal di Jakarta Timur, tepatnya di Cipinang Muara.
Di Bekasi, pedagang Tahu Gejrot memang tidak sulit untuk ditemukan. Biasanya mereka berjualan dengan sepeda, gerobak atau pikulan, disekitar perumahan atau tempat ramai.
Langsung saja saya menuruni sepeda motor yang tengah saya naiki, dan bergegas mendekati tukang tahu gejrot itu, lalu mulailah proses jual-beli tahu gejrot.
Saya : ”Pak, saya pesan tahu gejrotnya yah !”
tukang tahu gejrot : ”Iya, Neng... Mau pesan berapa porsi?”
Saya : ”Satu porsi saja, deh..! Berapa harga satu porsinya, Pak?”
tukang tahu gejrot : ”Rp 3000 Neng..!”
Lalu Si tukang tahu gejrot itu pun mulai membuat tahu gejrot pasanan saya tersebut.
Selagi saya menunggu, saya sedikit bertanya kepada si tukang tahu gejrot itu.
Saya : ”Maaf, Pak.. boleh saya bertanya sedikit tentang anda, dan sejarah anda menjual tahu gejrot ini?”
tukang tahu gejrot : ”Nama saya Maman. Saya awalnya jualan gorengan. Tapi karena harga minyak goreng naik dan bahan baku sulit, saya beralih jualan tahu gejrot, sebenarnya memang lebih ringan memikul ke mana-mana. Tapi kalau soal pendapatan ya masih lebih besar berjualan yang lain.”
Maman mengaku, setiap hari dia membutuhkan modal Rp 60.000 untuk berjualanTahu Gejrot.  Maman membeli 300 tahu seharga Rp 40.000. Rp 20.000 sisanya untuk membeli bahan bumbu seperti bawang putih dan bawang merah, cabe rawit, gula merah serta garam. Kalau sedang ramai, Maman bisa untung Rp 30.000-an. Namun terkadang jualan Maman tidak habis juga.
saya duduk bersandar di sepeda motor saya, tak lama menunggu akhirnya tahu gejrot yang saya pesan telah jadi, dan dibungkus dengan kantong plastik es, lalu di bungkus lagi dengan kantong plastik hitam untuk kantong luarnya, agar mudah saya gantungkan di stang motor saya.
Lalu saya memberikan uang Rp 3000 tersebut kepada si tukang tahu gejrot itu.
Saya : ”Terima kasih, pak atas tahu gejrotnya, dan terima kasih untuk kesediaan bapak untuk menceritakan kisah anda..!”.
tukang tahu gejrot : ”Iya, Neng.. Sama-sama..!”                                                                                    
Lalu saya pun kembali melanjutkan perjalanan pulang menuju rumah saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar